Sarang |
Dari pada pusing mikirin
jawabannya, mending makan aja burungnya ;p
Kenapa sih saya keingetan
pertanyaan di atas? Karena oh karena saya baru makan burung puyuh. Enggak baru
sih, sekitar dua bulan yang lalu, tepatnya tanggal 26 Maret 2014. Iya tahu, ini
late post :D
Bersama teman-teman Blogger Bandung (credit) |
Jadi ceritanya, waktu itu,
saya dan teman-teman Blogger Bandung diundang oleh Warung Sangrai. Kami yang
terdiri dari Bang Aswi, Teh Ummi, Teh Dey, Teh Nchie, Teh Efi, Kang Ade, Nurul,
Widya, disambut hangat oleh owner
Warung Sangrai yaitu Joy. Meski masih muda, Joy berhasil mengembangkan dua
restoran. Salut deh!
Joy: Owner Warung Sangrai |
Pertama-tama, kami disuguhi,
batagor Karasa. Batagor ini termasuk ciri khas Warung Sangrai. Satu porsi
terdiri dari 4 buah batagor yang rasanya… beuh mantap. Serius deh, ikannya
kerasa banget. Ditambah lagi sajian pisang karamel, yaitu pisang yang
dipotong-potong kemudian ditusuk dan dibakar. Karamelnya bikin ketagihan. Tak
lupa tahu rawitnya yang seger bikin melek.
Pisang Karamel (credit) |
Batagor Karasa (credit) |
Tahu Rawit |
Buat teman camilan, ada teh
heboh—itu istilah saya aja sih—yang cangkirnya guedeee…! Makanan meluncur
dengan mulus deh.
Es Teh (credit) |
Sambil menunggu sebagain
teman yang menunaikan ibadah shalat magrib, kami bercakap ringan tentang Warung
Sangrai ini. Ternyata, warung ini sudah berdiri sejak tahun 2010. Di Bandung,
wisata kuliner banyak banget. Dengan persaingan ketat itu apa sih yang bikin
Warung Sangrai bertahan? Menurut saya nih, karena letaknya yang strategis.
Siapa yang enggak tahu Bandung Heritage? Factory Outlet dalam bangunan bergaya
Belanda yang keren. Tepatnya di Jl. Riau 63 Bandung. Wisatawan luar dan kota Bandung
pada suka belanja seputaran daerah jalan Riau ini.
Selain itu, interior ruangan
Warung Sangrai juga unik. Dan yang paling utama tentu makanannya: burung puyuh.
Siapa yang belum pernah mencoba telor puyuh? Nah, kalau burung puyuhnya? Masih jarang
yang memakai burung puyuh sebagai menu andalan. Jadi makin penasaran nih.
Interior ruangan (credit) |
Eh, ada satu lagi yang asyik
dari Warung Sangrai. Tagline-nya itu enggak nahan: Orang Indonesia asli, makan
pakai tangan. Sedaaappp…! Jadi inget pesan Ayah saya, makan mending pakai
tangan. Kalau sendok bekas rame-rame, tangan bekas sendiri aja. Ahahaha….
Saat-saat yang
ditunggu-tunggu pun tiba, berbagai masakan burung puyuh disajikan. Ternyata
burung puyuh ini kecil ya? Satu burung puyuh sama dengan satu potong ayam. Ada Puyuh
Rawit, Puyuh Cabe Garam, Puyuh Original, Puyuh Crispy, dan Puyuh Gocap (Goreng
Kecap).
Puyuh Crispy |
Puyuh Gocap |
Puyuh Rawit |
Puyuh Cabe Garam |
Tahu Tumbuk |
Saya coba satu persatu. Kesimpulan
saya, daging burung puyuh ini lebih gurih dari ayam. Dagingnya sendiri lebih kenyal
tapi empuk kok. Cuma karena kecil, makannya mesti sabar.
Sebagai pecinta pedas,
favorit saya Puyuh Cabe Garam dan Puyuh Rawit. Rasanya pedas-pedas menggoda. Tulangnya
juga enak buat digigitin *ahahaha*. Menurut
saya, satu porsi burung puyuh dan nasi, paslah. Enggak bikin kekenyangan dan
menghilangkan lapar. Apalagi diduetkan dengan Sarang, yaitu kol goreng
bertepung, tempe, dan tahu yang dibentuk seperti sarang burung.
Bicara soal harga, burung puyuh
ini termasuk ramah kantong. Satu porsi berkisar dua puluh ribuan saja. Sampai
bulan ini, masih ada promo gratis nasi setiap pembelian menu burung puyuh apa
saja.
Minuman andalan Warung
Sangrai adalah Es Cingcau Hijau dan Milo Dinosaurus. Kenapa dikasih nama
Dinosaurus? Karena emang porsinya super besar hihihi….
Milo Dinosaurus (credit) |
Buat kamu yang enggak sempet
ke lokasi langsung, bisa pesan delivery. Warung Sangrai bekerjasama dengan taxi
bike. Tinggal telpon saja ke sini 0821.1413.1020. Kalau pengin tahu ada promo dan menu baru, kamu follow
aja @warungsangrai.
asek itu sepertinya, kirim ke Medan mbak hehehe
BalasHapusWaduh jauh kirimnya hehehe
Hapus